“Arin, ada yg mau dibicarain. Kamu.. kalo bs jangan kaget, yah,” kata ibu pada saat aku sekeluarga lagi di restaurant buat makan malam.
“Ha? Jangan kaget? Tergantung… kalo emang ngagetin ya gimana,” kataku heran.
“Yah, masalahnya ini tempat umum. Kamu jgn ngutarain kaget kamu dengan cara yg berlebihan,” kata ayah.
“Tch… yaudah, apaan sih yg mau dibicarain?” kataku agak jengkel.
“Gini deh, kamu… suka sama
“Iya… aku suka sama Super Junior. Emang kenapa? Kita mau nonton Super Show?” tanyaku penuh harap.
“Yaelah, kayak ayah gudang uang aja,” kata adekku.
“Yaudah lah, to the point aja,” kataku agak kesal dengan pembicaraan yg agak berbelit-belit.
“Ehm… kamu bakal pindah ke
“Apa?
“Iya,” jawab ibuku singkat. Terlihat dari wajahnya mimik kasihan padaku.
“Kenapa harus aku?” tanyaku heran. Aku masih berharap ini cuma mimpi di siang bolong.
“Soalnya… yang bisa Bahasa Korea Cuma kamu doang. Adekmu mana bisa Bahasa
“Tapi… aduh bu! Aku baru aja lulus SMP! Nilai nemku udah tinggi! Bisa aja aku masuk SMA favorit! Terus juga aku punya banyak temen disini! Mau dikemanain temen-temenku??!” kataku setengah berteriak. Sekelompok anak SMA yg duduk di sebelah kami memandangku dengan curiga.
“Ssst! Ini tempat umum, Rin!” kata ayahku.
“Yaelah, Rin. Masa Ibu harus hidup sendirian disana? Lagian juga kamu bisa ketemu artis-artis
“Yaelah! Emangnya ketemu mereka segampang ngomongnya! Ah, Ibu!!” kataku dengan nada yg agak membentak. Terasa air mata yg hangat jatuh dipipiku.
“Eh, jangan nangis! Aduh, salah juga si Ibu ngasih tau di tempat umum gini!” kata ayahku.
“Aduh, udah Rin! Apus air mata kamu! Sekarang kita pulang,” kata ibuku. Aku mengambil tisu dari meja, lalu bangkit dengan kepala menunduk.
Di perjalanan, aku memasang wajah cemberut. Rasanya ingin berteriak saking frustasinya. Aku benar-benar bingung sekarang.
Sampai dirumah, aku langsung masuk kamar dan melempar diriku ke tempat tidur. Tiba-tiba Ibu dan Ayah masuk ke kamarku lalu duduk di kasurku.
“Arin, disana kamu bahagia, kok. Yah, meskipun kamu harus masuk ke SMA Korea biasa,” kata ibuku sambil membelai rambutku.
“Gak tau deh!” kataku dengan terisak. Aku benar-benar menangis.
“Disana, kita udah disiapin apartment yang lumayan, gaji Ibu juga besar disana, terus kita bisa sesekali pulang ke
“Uhh… tapi, aku mesti adaptasi lagi disana.
“Hemm… Kamu coba pikir deh. Masalahnya untuk ini Ibu gak bisa menolaknya. Tolong kamu pikirin, Rin,” kata Ibuku. Lalu, ia dan Ayahku keluar dari kamarku.
Aku yang masih terisak dikasur, akhirnya bangun. Lalu mengambil handphone-ku, lalu kutelepon sahabatku, Nia.
“Halo? Arin?” jawab Nia.
“Halo… Nia ya? Iya ini Arin,” jawabku dengan nada yang masih terisak.
“Loh? Lo kenapa nangis?”
“Hiks… Nia… Gue disuruh pindah…”
“Ha? Kemana?”
“Ke…
“Loh! Bukannya bagus? Dari dulu kita
“Nyokap gue pindah tugas kesana. Bokap gue ga bisa nemenin soalnya dia
“Oh… yaudah, Rin. Kalo gue jadi lo, gue ngikut nyokap lo. Kasian juga dia, masa dia harus hidup sendirian disana? Lagian juga buat nambah temen,”
“Huft… gitu yah? Yaudah deh…”
“Aduh, gue lagi nyetrika, Rin! Udah dulu ya! Daaahh.. udah jg nangis lagi!”
“Iya… Makasih ya Ni…” lalu aku mematikan handphone-ku. Aku kembali tiduran dikasur dengan air mata yang belom bisa berhenti. Lalu, tiba-tiba aku tertidur.
Pagi pun datang. Aku terbangun dengan mata yang berat. Aku berjalan menuju cermin. Aku melihat mataku berhasil menjadi teramat bengkak akibat tangisan semalam. Aku paling kesal dengan mata bengkak. Tapi untuk saat ini, aku tidak bisa menyesalinya. Aku begitu terpukul harus meninggalkan rumahku ini. Dengan langkah gontai, aku keluar kamar dan menuju ruang keluarga.
“Arin, kamu udah bangun. Tuh, Ibu udah bikinin kamu susu,” kata ibuku yang sedang membaca koran.
“Yang lain udah pada berangkat?” tanyaku sambil mengambil gelas berisikan susu putih.
“Udah”
“Ibu… gak berangkat?”
“Ibu ambil cuti sehari. Terus… Ibu… pengen ngomong dulu sama kamu,” kata ibuku sambil melipat koran.
“Tentang… kita mau pindah? Aku udah mikirin soal itu”
“Oh gitu? Terus? Kamu mau,
“… Iya… kemaren aku teleponan sama Nia, dia bilang lebih baik aku ikut pindah juga sama Ibu. Lagian juga banyak sisi positifnya juga,”
“Hmm… Baguslah… Ibu lega…”
“Terus, kita berangkat kapan?”
“Agak mendadak sebenernya. Kita berangkat Sabtu besok,”
“Artinya kita cuma punya waktu 3 hari di
“Yah, mau gimana lagi. Kamu sekarang puas-puasin aja main sama temen-temen,” kata Ibuku. Lalu, ia keluar rumah. Mungkin ia ingin mengunjungi rumah ibu tetangga. Aku masih duduk di ruang keluarga sambil meneguk susuku. Rasanya ingin menangis lagi karena teringat harus meninggalkan teman-temanku. Kalau aku tidak jadi pindah, sekarang aku harus ke SMA baru untuk daftar. Tapi aku akan segera terdaftar di SMA Korea.
Tak terasa hari ini hari Jumat. Aku sedang membereskan barang-barangku yang akan dibawa ke
“Arin!” panggil Nia didepan pintu.
“Nia? Masuk ajaa~” teriakku sambil menuju ke pintu depan.
“Ariinn…” katanya lalu tiba-tiba memelukku erat.
“Eh… kenapa lo Ni?? Ahahaha… ayo yok… kita masuk…” kataku sambil melepas pelukannya lalu menggiringnya ke ruang keluarga.
“Eh, Nia…” sapa ibuku.
“Ehehehe… iya tante…” kata Nia sambil sedikit menunduk.
“Uhmmm… bawa apaan itu?” tanyaku sambil melihat tas kertas yg dibawa Nia.
“Oh, ini… Ini titpan buat tante Lina dari Ibu,” kata Nia sambil memberikan tas kertas itu ke Ibu.
“Oh… iya, bilangin makasih ya ke Ibumu,” kata ibuku sambil menerima tas kertas itu.
“Ehmmm… mau jalan-jalan ke taman?” tawarku ke Nia.
“Boleh,” jawab Nia singkat.
“Bu, aku ke taman ya,” izinku ke Ibu.
“Yaudah, jangan lama-lama,” kata Ibuku.
Akhirnya, kami pergi ke taman bermain yang tidak jauh dari rumah.
“Humm… besok gue udah pergi…” kataku sambil bermain ayunan.
“Huff… gue bakal kangen berat ama lo…” katanya murung sambil bermain ayunan disebelahku.
“Gue apalagi… Tapi gue bakal sering pulang kalo ada libur panjang. Lo mau nitip apa dari gue kalo ntar gue pulang kesini?”
“Hehe… Kalo bisa sih… CD Sorry Sorry yang Repackage. Gue pengen banget. Emang udah agak basi, tapi gue tetep pengen.”
“Oh, gitu… gue mungkin bisa beliin CD-nya…”
“Eh… kalo lo emang lagi ada kesempatan… gue pengen tanda tangan Siwon aja…”
“Siwon? Choi Siwon? Super Junior
“Yaiyalah!”
“Hehe… Aro…”
“Kyaaa… Gomawo~!”
“Hehe…” kataku sambil memperkencang ayunanku.
Akhirnya harinya pun tiba. Pagi-pagi aku sekeluarga pergi ke Bandara. Aku mengirim SMS ke semua teman-temanku kalau aku akan segera meninggalkan
Setelah saling meninggalkan salam perpisahan kepada Ayah dan Adik, aku dan Ibuku masuk ke ruang keberangkatan. Kami duduk bersama Ibuku di kursi tunggu sambil menikmati susu putih kotak. Lalu, beberapa lama kemudian, pesawat pun datang. Kami segera masuk ke pesawat.
Setelah melewati perjalanan selama beberapa jam, yang terkadang diselingi jatuhnya air mata, akhirnya kami sampai di tujuan.
“Kita sekarang kemana, Bu?” tanyaku.
“Humm… katanya sih ada orang yang bakal jemput kita. Orangnya bawa papan nama gitu…” kata Ibuku sambil melihat-lihat sekeliling.
“Ah, itu bukan?” kataku sambil menunjuk seorang pria dengan papan bertuliskan nama Ibu dengan alphabet.
“Oh iya… mungkin… coba disamperin deh,” kata Ibu lalu beranjak ke Pria itu. Setelah bercakap-cakap sedikit, ternyata memang dia yang menjemput kami. Lalu ia mambantu membawakan barang-barang dan berjalan menuju mobil. Kami pun berangkat menuju apartment yang telah disediakan.
Setelah sampai di gedung apartment yang dimaksudkan, kami masuk dan menuju apartment baru kami.
“Nah, ini apartment baru anda. Semua perabotan sudah disediakan, tinggal menaruh baju saja. Soal kapan Anda mulai masuk kerja, nanti ada pemberitahuan lebih jelas.” Kata pria itu yang ternyata juga orang
“Oh iya, maksih banyak, Pak. Oh iya, boleh tanya sedikit? Apartment yang disebelah, ada penghuninya?” tanya Ibuku.
“Oh, katanya penghuninya sedang pergi semua. Saya kurang mengenal mereka, yang pasti mereka semua laki-laki, mungkin mereka seperti kost gitu,” kata pria itu.
“La… Laki-laki? Banyak? A-apa mereka… err… bahaya? Maksudnya… berandal… gitu?” tanya ibuku.
“Saya kurang tau kalau itu… Kalau memang mengganggu, Anda bisa mengajukan permintaan untuk pindah. Ah, saya sudah harus pergi. Selamat siang,” kata Pria itu.
“Iya, terima kasih sekali lagi,” kata Ibuku lalu Pria itu pergi.
“Bu, apa gak papa? Kapan ya mereka pulang? Mereka ramah ga ya?” tanyaku sedikit khawatir.
“Yah… kalau emang ganggu, kita minta pindah aja.”
“Semoga aja baik… huh…”
“Yaudah lah… kita beresin barang dulu,” kata ibuku lalu menggiringku masuk.
Apartment kami tidak besar. Sederhana, ada dua kamar, satu kamar mandi, dan satu dapur. Sedikit mengingatkan rumah diIndonesia. Aku meletakan buku-bukuku di satu meja yang mungkin dimaksudkan menjadi meja kerja, lalu aku meletakkan semua baju ke kedalam lemari. Aku juga memakaikan seprai sendiri ke kasur baruku, dan meletakkan beberapa bonekaku. Aku pun tiduran dikasur. Karena terlalu capek, akhirnya aku tertidur.
Hari kedua aku di
Hari ketiga. Tetanggaku itu belum juga pulang dari berliburnya.. Huh… mereka itu sombong ga ya? Dan… Cakep ga yah? Hehe… lumayan untuk cuci mata… pengganti bertemu Super Junior, ah… tidak! Mereka pasti tidak sama… ehehehee… ^^v
Tiba-tiba perutku lapar. Ibu ada keperluan diluar, jadi mau gak mau cari makanan sendiri. Makan apa ya? Hum… aku pengen makan kue yg ada isinya itu, yang mirip lemper… apa namanya? Ah… Kimbab!! *emang mirip lemper??* Aku pergi saja deh, lagi pula aku sudah sedikit mengerti jaan disini.
Aku berjalan hanya dengan kaus dan celana selutut dan berlaskan sandal jepit. Kupikir tempatnya tidak jauh, tapi ternyata… aku sudah berjalan jauh, aku belum menemukannya! Oh tidak… jangan sampai aku tersesat. Parahnya, hujan pun datang. Aish… sial betul hari ini… gagal dapat makan, yang ada hanya kehujanan. Aku tidak bawa handphone. Aku mencari-cari jalan pulang dengan hujan-hujanan. Setelah lama mencari, ternyata Tuhan masih sayang sama aku. Aku menemukan gedung aparmentku! Senaaang~ xD
Lelahku sebenarnya belum selesai. Aku sebenarnya sudah merasa pusing sebelum pergi tadi. Sekarang pusing itu menjadi makin hebat. Ukkhh.. gak kuat! Ingin jatuh pingsan rasanya. Aku naik lift dan turun di lantai dimana apartment-ku berada. Saat aku berjalan menuju apartment-ku, semua pandanganku menjadi gelap dan aku tidak bisa melihat dengan jelas. Kulihat ada sesosok manusia didepanku. Siapa dia? Ah… tidak… aku gak kuat lagi… lalu… gelap.
0 komentar:
Posting Komentar