Mengenai Saya

- Farah CassiElf
- ada yg ngmg farah itu anak.a ngeselin cz farah tuh suka hebuoh sendiri sm yg mengenai cwo boy band korea yg ca'em ato yg namanya HENDRA SETIAWAN (pmaen badminton, psgn Markis Kido) tp.. ya.. itu hnya pendapat dr segelintir org.. ga tw klu dr anda smw.. hha.. bnyk ngobrol aja sama farah di fb/fs/ym : babydisco@rocketmail.com
Rabu, 31 Maret 2010
sekali-sekali gue curhat..
Jumat, 26 Maret 2010
Sweet as Sugar [One Shoot NC +21]
CAST : Lee Jiyeon and Lee Donghae
GENRE : Romantic for Adults
RATING : No Children 21+
Aku menatap diriku di cermin yang tingginya hampir sama dengan tinggiku. Terpampang bayangan diriku… Wajahku tidak menyiratkan ekspresi apapun. Aku bingung bila ingin sedih, bingung bila ingin senang. Seorang stylist merapikan sedikit gaun pengantin berwarna putih yang sudah membalut ditubuhku.
“Sudah selesai… acaranya akan dimulai satu jam lagi,” kata stylist itu.
“Terima kasih…” kataku.
“Kau terlihat cantik…” kata Li Fang, temanku di rumah sakit yang dari Beijing.
“Hm… terima kasih…” kataku sambil tersenyum kecil.
“Kenapa? Kau tidak senang?” tanyanya sambil mendekatiku.
“Bagaimana aku memberi tahumu perasaanku? Aku sendiri bingung bagaimana perasaanku…” kataku.
“Bukankah ia pria yang baik? Kau sudah berpacaran dengannya selama… aku saja lupa…”
“Dua tahun… tapi itupun kami di jodohkan.”
“Kalian serasi kok… yah, meskipun terkadang kalian seperti dua anak kecil yang susah diatur… tapi pasti malam pertama kalian akan menjadi pasangan yang romantis.”
“Hm… ah? mwo? Malam pertama?” ulangku. Mendengar kata ‘malam pertama’ membuat perutku langsung mulas.
“Ne, malam pertama… hum… malam pertamaku dengan Yunlong lancar sekali… aku harap malam pertamamu akan berhasil.”
“Hahaha… Yunlong pria yang romantis… Donghae? Kau tahu sendiri…”
“Jiyeon-ah~” tiba-tiba Donghae muncul di pintu.
“Oppa… ada apa?” kataku sambil menoleh kearahnya.
“Jiyeon-ah, aku pergi dulu ya…” kata Li Fang sambil beranjak dari duduknya.
“Mau kemana?” tanyaku.
“Hanya ingin ke Yunlong saja… sampai ketemu,” lalu ia keluar dari ruangan.
Donghae menutup pintu lalu mendekatiku. Ia sudah mengenakan tuxedo berwarna hitam, dan ia terlihat… tampan.
“Kau terlihat cantik…” katanya lalu mengelus pipiku.
“Jangan rusak make up-ku! Kau tahu aku paling benci di make up…” kataku sambil melepas tangannya dari pipiku. Ia hanya tersenyum, lalu ia mendekatkan bibirnya ke bibirku tapi aku langsung mendorongnya pelan.
“Jangan sekarang… kau tahu kan aku tidak bisa memakai lip stick dengan benar,” kataku.
“Haha… arrasseo…” katanya. Lalu seseorang mengetuk pintu.
“Masuklah,” kataku. Seseorang membuka pintu, ternyata salah satu panitia pernikahan.
“Ayo, kalian harus bersiap-siap. Acara mau dimulai…” katanya. Lalu kami berdua keluar dari ruangan. Pernikahanku akan dimulai…
Lee Jiyeon… seorang dokter specialist bedah di rumah sakit yang lumayan ternama di Seoul. Tiga tahun yang lalu dijodohkan dengan pria yang merupakan seniornya di rumah sakit yang sesama dokter bedah, Lee Donghae. Akhirnya mereka berpacaran selama dua tahun.
Pernikahanku dihadiri oleh teman-teman dokter di rumah sakit, juga ada beberapa teman kuliahku. Setelah kami sah menjadi suami istri dan acara resepsi selesai, kami dipulang untuk malam pertama kami.
Di perjalanan, aku jadi agak tegang. Bagaimana rasanya malam pertama? Aku tak tahu…
“Ada apa?” tanyanya sambil memegang tanganku.
“Tidak apa-apa…” jawabku.
“Bohong,”
“Apa kita akan melaksanakan malam pertama? Apa yang akan kita lakukan di malam pertama?” tanyaku.
“Kita akan praktek percobaan untuk pertama kalinya. Semoga saja langsung bisa…” katanya sambil tersenyum.
“Praktek?” ulangku bingung.
“Ne… kau ini dokter, harusnya kau mengetahuinya…”
“Aku bukan dokter seks.” Ia masih tersenyum melihatku. Lalu ia mendekatkan bibirnya pada bibirku dan mencium bibirku erat. Aku ingat, kami ada di mobil, dan didepan ada sopir yang mengendarai mobil, aku segera melepas ciumannya.
“Yah, didepan kan ada sopir…” kataku berbisik.
“Aku lupa… haha…” katanya lalu menjauh dariku.
“Yah, kau janji akan berubah menjadi lebih dewasa kan?” tanyaku.
“Kau juga harus…” katanya.
“Kau bisa romantis kan?” tanyaku.
“Hum… doakan saja…” katanya.
Kami menjadi terdiam. Aku memikirkan kata-katanya. Praktek? Praktek? Kata Li Fang, malam pertamanya lancar… aish, apa sih? Hum… aku jadi teringat, dulu aku pernah menonton film biru dengan teman sesama kos-ku waktu masih kuliah. Benar-benar menjijikan. Ah? Omona… jadi…
“Oppa! Maksudnya malam pertama adalah… kita akan membuat anak?!” tanyaku padanya.
“Memangnya kau kira apa? Aish… istriku yang bodoh…” katanya.
“Mwo? Aish… jinjja… aku…” aku jadi kebingungan.
“Pasti bisa… aku yakin kau pasti bisa…” katanya tersenyum padaku.
Lalu mobil pun berhenti. Kami keluar dari mobil. Setelah masuk kedalam rumah, ia menarikku untuk naik ke lantai atas. Hingga kami sampai di sebuah kamar. Ia membukakan pintunya dan menyuruhku masuk duluan. Ia masuk ke kamar itu dan menutup pintunya.
“Oppa… kita…” belum selesai aku berkata, ia sudah melumat bibirku dengan bibirnya. Ia melepasnya, lalu tangannya melepas perhiasan di rambutku. Ia menarik resleting gaunku dan menurunkan gaunku. Ia menanggalkan semua bajuku. Wajahnya terlihat tenang. Setelah ia menanggalkan semua bajuku, ia juga melepas semua bajunya. Aku tak bisa berkata apapun. Mulutku seakan bisu seribu bahasa. Setelah ia melepas seluruh bajunya, ia menjatuhkan ku kekasur. Ia pun juga menjatuhkan dirinya di kasur. Ia menarik selimut dan menyelimuti kami berdua.
“Oppa… jadi ini maksudnya…” kataku lemah.
“Ne… wae? Kau belum mau?” katanya.
“Tidak apa… kita lakukan sekarang saja…” kataku. Ia membelai pipiku, ia meraba payudaraku, perutku… Ia mendekatkan badannya ke badannya… Ia mencium bibirku dengan kencang. Akupun meresponnya. Tanganku meraba dadanya dan menelusuri punggungnya yang halus. Bibir kami terus saling melumat. Lidahnya terasa menari-nari di mulutku. Aku sudah mengerti. Malam pertama akan segera dimulai.
Badan kami saling menempel dan sangat erat. Ia melepas bibirnya dari bibirku, ia mulai mencium leherku dan payudaraku. Rasanya agak sakit. Tangan kami saling meraba badan satu sama lain. Tangannya tak henti-hentinya memijat punggungku dan dadaku.
Lalu tiba-tiba sesuatu masuk ke lubang vagina ku dan rasanya sakit.
“Oppa sakit…” aku mendesah sambil memeluknya. Ia memelukku lebih erat dan ia mengeluarkan lagi bendanya dari lubangku.
“Mianhae… kita pelan-pelan saja ya?” katanya. Ia membelai kepalaku dan mencium bibirku lagi. Tangannya menelusuri punggungku hingga ia sampai ke pinggangku lalu menelusuri perutku hingga sampai ke payudaraku. Lalu rasa sakit itu muncul lagi. Aku berusaha menahannya.
“Oppa…” desahku. Ia mencium bibirku lagi sambil terus memasukkannya.
“Tenanglah…” bisiknya lalu mencium bibirku lagi. Aku mempererat ciumanku untuk mengalihkan rasa sakit. Mataku terus terpejam untuk menahannya. Tidak apa. Untuk malam ini tidak apa. Akhirnya ia mengeluarkannya lagi. Ia melepas bibirnya dari mulutku.
“Jiyeon-ah… kau ingin bayi perempuan atau laki-laki?” tanyanya sambil menyeka keringat di wajahku.
“Aku ingin… bayi perempuan dulu…” kataku sambil tersenyum.
“Tapi aku ingin bayi laki-laki dulu…” katanya.
“Aniyo… bayi perempuan…”
“Bayi laki-laki akan menjadi anak pertama di keluarga kita.”
“Bayi perempuan oppa!”
“Laki-laki!”
“Perempuan!” kataku sambil terbangun.
“Laki-laki!” katanya ikut terbangun.
“Aniyo oppa! Perempuan! Dia akan menjadi perempuan yang cantik sepertiku!”
“Bayi laki-laki! Dia akan menjadi setampan diriku!”
“Tidak mau! Aku mau bayi perempuan! Dia akan…” belum selesai aku berbicara, ia langsung memelukku dan mencium bibirku erat sekali. Lalu kami terjatuh lagi ke kasur. Desahan demi desahan terlontar. Mataku terpejam menikmatinya. Kami lupa dengan pertengkaran a la bocah tadi. Tangannya meremas payudaraku… lalu tangannya naik ke kepalaku dan mendorong kepalaku supaya ciumannya semaki erat. Lalu rasa sakit itu muncul lagi. Sekuat tenaga aku menahanya sambil terus mempererat ciumanku. Lalu beberapa menit kemudian ia mengeluarkannya lagi. Ia melepas bibirnya dari bibirku. Nafasnya yang terengah-engah menerpa wajahku. Ia tersenyum padaku.
“Seharusnya malam pertama bukan untuk bertengkar…” katanya lalu membelai rambutku.
“Oppa yang memulai…” kataku lemah.
“Ne… mianhae…” katanya lalu mencium bibirku.
“Aku lelah…” kataku.
“Sekali lagi bagaimana?” katanya.
“Baiklah… setelah itu cukup untuk malam ini…” kataku. Akhirnya ia merapatkan lagi badannya ke badanku, lalu mencium bibirku lagi. Kali ini ia melepas bibirnya dan bibirnya mendarat ke leherku. Rasa sakit itu muncul lagi dan aku mulai terbiasa dengan rasa itu. Aku meremas bahunya untuk menahan rasa sakit.
“Tahanlah…” bisiknya. Setelah beberapa menit, ia akhirnya mengeluarkannya. Tanganku berhenti meremas bahunya. Ia melepas bibirnya dari leherku. Aku menelentangkan badanku dikasur sambil terengah-engah.
“Kau lelah ya?” tanyanya.
“Ne… lelah… oppa… aku haus…” kataku. Lalu ia mengambil gelas berisi air dari meja di sampingnya.
“Minumlah…” katanya memberikan gelas itu. Aku bangun dan menerima gelas itu lalu meminumnya.
“Tidurlah… Kita selesai malam ini…” katanya. Lalu aku menidurkan diri di kasur dan terlelap.
The End
"Semelekum!! mamaaaahh!!!" tiba-tiba terdengar teriakan anak kecil dari luar rumah. Aku terkaget. Anak perempuanku itu memang senang sekali berteriak-teriak.
"Wa'alaikum salam! Ya ampun... ga usah teriak-teriak dong..." kataku. Dia masuk ke kamarku, dibelakangnya ada suamiku yang mengikutinya dari belakang. Dia langsung naik ke kasurku.
"Eh! lepas dulu sepatunya ah! Kamu ini..." kataku. Dia langsung melempar sepatunya dengan asal ke lantai.
"Aku sebel deh ma! masa tadi papa telat jemput aku!" katanya dengan mulut merengut.
"Tadi dia pulangnya lebih cepet, jadi ya mana tahu papa..." kata suamiku membela diri. Aku cuma tertawa melihatnya.
"Mama lagi baca apa? Si Unyil yah?" katanya lalu membuka jilid-an yang tadi ku baca.
"Eh, ga boleh! ini kerjaan mama. Udah sana kamu ganti baju dulu, ntar kita jalan-jalan!" kataku sambil merebut jilid-an tadi. Dia sepertinya agak kesal lalu pergi dari kamarku.
"Baca apa sih?" tanya suamiku yang ternyata juga penasaran.
"Hahaha... dulu kan aku suka bikin-bikin fan fiction. Itu loh, cerita khayalan gituu.. hahaha... aku pernah bikin NC 21+, bacanya kocak dah.."
"Liat dong," lalu dia merebut jilid-an yang kupegang. Dia membaca sambil tiduran di sebelahku.
"Gimana?" tanyaku
"Belom juga selese..." katanya masih terus membaca.
"Yahelah, berlebihan banget sih? perasaan malem pertama kita ga segininya..." katanya sambil memberikan jilid-an tadi.
"Tapi kan kita paling gak tiduran sambil pelukan pah.." kataku.
"Tapi ya gak sampe begini kayaknya. Telanjang aja kaga... berlebihan ah..." katanya lalu pergi ke kamar mandi.
HAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA
Kamis, 18 Maret 2010
Jungmo TRAX - Oh! Guitar ver.
Black Soshi "Run Devil Run" MV
Sabtu, 13 Maret 2010
my first fanfic "A New Neighborhood" [Chapter 1]
“Arin, ada yg mau dibicarain. Kamu.. kalo bs jangan kaget, yah,” kata ibu pada saat aku sekeluarga lagi di restaurant buat makan malam.
“Ha? Jangan kaget? Tergantung… kalo emang ngagetin ya gimana,” kataku heran.
“Yah, masalahnya ini tempat umum. Kamu jgn ngutarain kaget kamu dengan cara yg berlebihan,” kata ayah.
“Tch… yaudah, apaan sih yg mau dibicarain?” kataku agak jengkel.
“Gini deh, kamu… suka sama
“Iya… aku suka sama Super Junior. Emang kenapa? Kita mau nonton Super Show?” tanyaku penuh harap.
“Yaelah, kayak ayah gudang uang aja,” kata adekku.
“Yaudah lah, to the point aja,” kataku agak kesal dengan pembicaraan yg agak berbelit-belit.
“Ehm… kamu bakal pindah ke
“Apa?
“Iya,” jawab ibuku singkat. Terlihat dari wajahnya mimik kasihan padaku.
“Kenapa harus aku?” tanyaku heran. Aku masih berharap ini cuma mimpi di siang bolong.
“Soalnya… yang bisa Bahasa Korea Cuma kamu doang. Adekmu mana bisa Bahasa
“Tapi… aduh bu! Aku baru aja lulus SMP! Nilai nemku udah tinggi! Bisa aja aku masuk SMA favorit! Terus juga aku punya banyak temen disini! Mau dikemanain temen-temenku??!” kataku setengah berteriak. Sekelompok anak SMA yg duduk di sebelah kami memandangku dengan curiga.
“Ssst! Ini tempat umum, Rin!” kata ayahku.
“Yaelah, Rin. Masa Ibu harus hidup sendirian disana? Lagian juga kamu bisa ketemu artis-artis
“Yaelah! Emangnya ketemu mereka segampang ngomongnya! Ah, Ibu!!” kataku dengan nada yg agak membentak. Terasa air mata yg hangat jatuh dipipiku.
“Eh, jangan nangis! Aduh, salah juga si Ibu ngasih tau di tempat umum gini!” kata ayahku.
“Aduh, udah Rin! Apus air mata kamu! Sekarang kita pulang,” kata ibuku. Aku mengambil tisu dari meja, lalu bangkit dengan kepala menunduk.
Di perjalanan, aku memasang wajah cemberut. Rasanya ingin berteriak saking frustasinya. Aku benar-benar bingung sekarang.
Sampai dirumah, aku langsung masuk kamar dan melempar diriku ke tempat tidur. Tiba-tiba Ibu dan Ayah masuk ke kamarku lalu duduk di kasurku.
“Arin, disana kamu bahagia, kok. Yah, meskipun kamu harus masuk ke SMA Korea biasa,” kata ibuku sambil membelai rambutku.
“Gak tau deh!” kataku dengan terisak. Aku benar-benar menangis.
“Disana, kita udah disiapin apartment yang lumayan, gaji Ibu juga besar disana, terus kita bisa sesekali pulang ke
“Uhh… tapi, aku mesti adaptasi lagi disana.
“Hemm… Kamu coba pikir deh. Masalahnya untuk ini Ibu gak bisa menolaknya. Tolong kamu pikirin, Rin,” kata Ibuku. Lalu, ia dan Ayahku keluar dari kamarku.
Aku yang masih terisak dikasur, akhirnya bangun. Lalu mengambil handphone-ku, lalu kutelepon sahabatku, Nia.
“Halo? Arin?” jawab Nia.
“Halo… Nia ya? Iya ini Arin,” jawabku dengan nada yang masih terisak.
“Loh? Lo kenapa nangis?”
“Hiks… Nia… Gue disuruh pindah…”
“Ha? Kemana?”
“Ke…
“Loh! Bukannya bagus? Dari dulu kita
“Nyokap gue pindah tugas kesana. Bokap gue ga bisa nemenin soalnya dia
“Oh… yaudah, Rin. Kalo gue jadi lo, gue ngikut nyokap lo. Kasian juga dia, masa dia harus hidup sendirian disana? Lagian juga buat nambah temen,”
“Huft… gitu yah? Yaudah deh…”
“Aduh, gue lagi nyetrika, Rin! Udah dulu ya! Daaahh.. udah jg nangis lagi!”
“Iya… Makasih ya Ni…” lalu aku mematikan handphone-ku. Aku kembali tiduran dikasur dengan air mata yang belom bisa berhenti. Lalu, tiba-tiba aku tertidur.
Pagi pun datang. Aku terbangun dengan mata yang berat. Aku berjalan menuju cermin. Aku melihat mataku berhasil menjadi teramat bengkak akibat tangisan semalam. Aku paling kesal dengan mata bengkak. Tapi untuk saat ini, aku tidak bisa menyesalinya. Aku begitu terpukul harus meninggalkan rumahku ini. Dengan langkah gontai, aku keluar kamar dan menuju ruang keluarga.
“Arin, kamu udah bangun. Tuh, Ibu udah bikinin kamu susu,” kata ibuku yang sedang membaca koran.
“Yang lain udah pada berangkat?” tanyaku sambil mengambil gelas berisikan susu putih.
“Udah”
“Ibu… gak berangkat?”
“Ibu ambil cuti sehari. Terus… Ibu… pengen ngomong dulu sama kamu,” kata ibuku sambil melipat koran.
“Tentang… kita mau pindah? Aku udah mikirin soal itu”
“Oh gitu? Terus? Kamu mau,
“… Iya… kemaren aku teleponan sama Nia, dia bilang lebih baik aku ikut pindah juga sama Ibu. Lagian juga banyak sisi positifnya juga,”
“Hmm… Baguslah… Ibu lega…”
“Terus, kita berangkat kapan?”
“Agak mendadak sebenernya. Kita berangkat Sabtu besok,”
“Artinya kita cuma punya waktu 3 hari di
“Yah, mau gimana lagi. Kamu sekarang puas-puasin aja main sama temen-temen,” kata Ibuku. Lalu, ia keluar rumah. Mungkin ia ingin mengunjungi rumah ibu tetangga. Aku masih duduk di ruang keluarga sambil meneguk susuku. Rasanya ingin menangis lagi karena teringat harus meninggalkan teman-temanku. Kalau aku tidak jadi pindah, sekarang aku harus ke SMA baru untuk daftar. Tapi aku akan segera terdaftar di SMA Korea.
Tak terasa hari ini hari Jumat. Aku sedang membereskan barang-barangku yang akan dibawa ke
“Arin!” panggil Nia didepan pintu.
“Nia? Masuk ajaa~” teriakku sambil menuju ke pintu depan.
“Ariinn…” katanya lalu tiba-tiba memelukku erat.
“Eh… kenapa lo Ni?? Ahahaha… ayo yok… kita masuk…” kataku sambil melepas pelukannya lalu menggiringnya ke ruang keluarga.
“Eh, Nia…” sapa ibuku.
“Ehehehe… iya tante…” kata Nia sambil sedikit menunduk.
“Uhmmm… bawa apaan itu?” tanyaku sambil melihat tas kertas yg dibawa Nia.
“Oh, ini… Ini titpan buat tante Lina dari Ibu,” kata Nia sambil memberikan tas kertas itu ke Ibu.
“Oh… iya, bilangin makasih ya ke Ibumu,” kata ibuku sambil menerima tas kertas itu.
“Ehmmm… mau jalan-jalan ke taman?” tawarku ke Nia.
“Boleh,” jawab Nia singkat.
“Bu, aku ke taman ya,” izinku ke Ibu.
“Yaudah, jangan lama-lama,” kata Ibuku.
Akhirnya, kami pergi ke taman bermain yang tidak jauh dari rumah.
“Humm… besok gue udah pergi…” kataku sambil bermain ayunan.
“Huff… gue bakal kangen berat ama lo…” katanya murung sambil bermain ayunan disebelahku.
“Gue apalagi… Tapi gue bakal sering pulang kalo ada libur panjang. Lo mau nitip apa dari gue kalo ntar gue pulang kesini?”
“Hehe… Kalo bisa sih… CD Sorry Sorry yang Repackage. Gue pengen banget. Emang udah agak basi, tapi gue tetep pengen.”
“Oh, gitu… gue mungkin bisa beliin CD-nya…”
“Eh… kalo lo emang lagi ada kesempatan… gue pengen tanda tangan Siwon aja…”
“Siwon? Choi Siwon? Super Junior
“Yaiyalah!”
“Hehe… Aro…”
“Kyaaa… Gomawo~!”
“Hehe…” kataku sambil memperkencang ayunanku.
Akhirnya harinya pun tiba. Pagi-pagi aku sekeluarga pergi ke Bandara. Aku mengirim SMS ke semua teman-temanku kalau aku akan segera meninggalkan
Setelah saling meninggalkan salam perpisahan kepada Ayah dan Adik, aku dan Ibuku masuk ke ruang keberangkatan. Kami duduk bersama Ibuku di kursi tunggu sambil menikmati susu putih kotak. Lalu, beberapa lama kemudian, pesawat pun datang. Kami segera masuk ke pesawat.
Setelah melewati perjalanan selama beberapa jam, yang terkadang diselingi jatuhnya air mata, akhirnya kami sampai di tujuan.
“Kita sekarang kemana, Bu?” tanyaku.
“Humm… katanya sih ada orang yang bakal jemput kita. Orangnya bawa papan nama gitu…” kata Ibuku sambil melihat-lihat sekeliling.
“Ah, itu bukan?” kataku sambil menunjuk seorang pria dengan papan bertuliskan nama Ibu dengan alphabet.
“Oh iya… mungkin… coba disamperin deh,” kata Ibu lalu beranjak ke Pria itu. Setelah bercakap-cakap sedikit, ternyata memang dia yang menjemput kami. Lalu ia mambantu membawakan barang-barang dan berjalan menuju mobil. Kami pun berangkat menuju apartment yang telah disediakan.
Setelah sampai di gedung apartment yang dimaksudkan, kami masuk dan menuju apartment baru kami.
“Nah, ini apartment baru anda. Semua perabotan sudah disediakan, tinggal menaruh baju saja. Soal kapan Anda mulai masuk kerja, nanti ada pemberitahuan lebih jelas.” Kata pria itu yang ternyata juga orang
“Oh iya, maksih banyak, Pak. Oh iya, boleh tanya sedikit? Apartment yang disebelah, ada penghuninya?” tanya Ibuku.
“Oh, katanya penghuninya sedang pergi semua. Saya kurang mengenal mereka, yang pasti mereka semua laki-laki, mungkin mereka seperti kost gitu,” kata pria itu.
“La… Laki-laki? Banyak? A-apa mereka… err… bahaya? Maksudnya… berandal… gitu?” tanya ibuku.
“Saya kurang tau kalau itu… Kalau memang mengganggu, Anda bisa mengajukan permintaan untuk pindah. Ah, saya sudah harus pergi. Selamat siang,” kata Pria itu.
“Iya, terima kasih sekali lagi,” kata Ibuku lalu Pria itu pergi.
“Bu, apa gak papa? Kapan ya mereka pulang? Mereka ramah ga ya?” tanyaku sedikit khawatir.
“Yah… kalau emang ganggu, kita minta pindah aja.”
“Semoga aja baik… huh…”
“Yaudah lah… kita beresin barang dulu,” kata ibuku lalu menggiringku masuk.
Apartment kami tidak besar. Sederhana, ada dua kamar, satu kamar mandi, dan satu dapur. Sedikit mengingatkan rumah diIndonesia. Aku meletakan buku-bukuku di satu meja yang mungkin dimaksudkan menjadi meja kerja, lalu aku meletakkan semua baju ke kedalam lemari. Aku juga memakaikan seprai sendiri ke kasur baruku, dan meletakkan beberapa bonekaku. Aku pun tiduran dikasur. Karena terlalu capek, akhirnya aku tertidur.
Hari kedua aku di
Hari ketiga. Tetanggaku itu belum juga pulang dari berliburnya.. Huh… mereka itu sombong ga ya? Dan… Cakep ga yah? Hehe… lumayan untuk cuci mata… pengganti bertemu Super Junior, ah… tidak! Mereka pasti tidak sama… ehehehee… ^^v
Tiba-tiba perutku lapar. Ibu ada keperluan diluar, jadi mau gak mau cari makanan sendiri. Makan apa ya? Hum… aku pengen makan kue yg ada isinya itu, yang mirip lemper… apa namanya? Ah… Kimbab!! *emang mirip lemper??* Aku pergi saja deh, lagi pula aku sudah sedikit mengerti jaan disini.
Aku berjalan hanya dengan kaus dan celana selutut dan berlaskan sandal jepit. Kupikir tempatnya tidak jauh, tapi ternyata… aku sudah berjalan jauh, aku belum menemukannya! Oh tidak… jangan sampai aku tersesat. Parahnya, hujan pun datang. Aish… sial betul hari ini… gagal dapat makan, yang ada hanya kehujanan. Aku tidak bawa handphone. Aku mencari-cari jalan pulang dengan hujan-hujanan. Setelah lama mencari, ternyata Tuhan masih sayang sama aku. Aku menemukan gedung aparmentku! Senaaang~ xD
Lelahku sebenarnya belum selesai. Aku sebenarnya sudah merasa pusing sebelum pergi tadi. Sekarang pusing itu menjadi makin hebat. Ukkhh.. gak kuat! Ingin jatuh pingsan rasanya. Aku naik lift dan turun di lantai dimana apartment-ku berada. Saat aku berjalan menuju apartment-ku, semua pandanganku menjadi gelap dan aku tidak bisa melihat dengan jelas. Kulihat ada sesosok manusia didepanku. Siapa dia? Ah… tidak… aku gak kuat lagi… lalu… gelap.
Jumat, 12 Maret 2010
2NE1 - Try To Follow Me MV!!! xDD
untuk para wanita..
- jangan pakai pakaian yang ketat dibagian dada, pake jilbab lebih bagus lagi, tapi jilbabnya yang panjang yah..
- kalo lo punya buku, bawa buku itu sambil lo kekep di dada lo..
- jangan bengong dijalan, terus berhati-hati
- hanya menatap jalan, jangan liat2 org lain
Rabu, 10 Maret 2010
Beautiful - Donghae
credit: (hangeul to romaji) madusama
hangeul from: sapphirepearls@wordpress
Jumat, 05 Maret 2010
dear my lovely blog.. ^^
Selasa, 02 Maret 2010
k-pop dan anti
sebenernya dia kayak gitu udh lama. anaknya tomboy abis, hampir gada sisi ceweknya, dulu waktu smp dia main sama sekumpulan anak perpus yang korean fanatik abis. dia bilang korea sungguh menyesatkan, k-pop bikin lo udh kayak kecanduan. dia bilang jangan sampe lo demen ma yang gtu-gtuan. gue gak sengaja terjeblos ke lubang itu. masuklah gue ke dunia k-pop waktu kelas 9 dengan diawali DONG BANG SHIN KI. gue yang ga ngerti apa-apa, yang cuma suka karena penampilan mereka yang oke punya dan lagu-lagu mereka yang kayaknya udah pas di kuping gue, tiba-tiba.. hhh.. inget banget gue, waktu itu abis les privat mtk sm guru smp gue dirumah gue. dia ikutan sm temen gue yang japan fanatic. gue bilang, gue jadi suka sama dbsk. gue tunjukin semua harta benda gue yang udh dikasih sama kawanan perpus itu. yup, gue mulai gabung sama ank2 perpus itu... gue mulai teracuni k-pop. gue bilang gue suka bgt ma U-Know Yunho. terus dia bilang ma gue... dbsk... gay... anjrit, gue ga pernah ngerasa sakit kaya gini. setelah mendengar kenyataan itu, gue jadi kebanyakan bengong, gara2 terlalu stres, gue sampe sakit. DIA GAK MINTA MAAF ATAU APAPUN. dia nganggep apa yang dia lakuin wkt itu adalah BENAR.